KOMISI IX MINTA SOSIALISASI AIDS-HIV PAKAI BAHASA RAKYAT
Anggota Komisi IX dari Fraksi PDIP Rieke Diah Pitaloka mengharapkan agar dalam sosialisasi tentang Penanggulangan AIDS/HIV tidak menggunakan bahasa pemerintah yang formal tetapi menggunakan bahasa rakyat atau bahasa yang mudah dipahami oleh semua Warga Negara Indonesia.
Menurut Rieke, karena tidak semua orang yang menderita AIDS/HIV karena dia tidak setia pada pasangan, tapi bisa saja karena akibat dia melakukan transfusi darah, di tato ataupun di tindik.
“Jangan sampai targetnya adalah anggaran sekian untuk kampanye, tapi bagaimana sosialisasi itu bisa dilaksanakan. Tentu saja kalau bisa dengan anggaran yang minim itu lebih baik, karena anggaran besar tidak menjamin sosialisasi bisa berhasil”, terangnya saat RDPU Komisi IX dengan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) yang dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi IX Irgan Chairul Mahfiz, di Gedung DPR, Rabu (2/11)
Sementara Abdul Aziz Suseno dari Fraksi PKS mempertanyakan sosialisai edukasi tentang AIDS/HIV pada masyarakat luas yang belum mengerti tentang AIDS/HIV.
Menurut Abdul Aziz, kesan masyarakat umum terhadap AIDS/HIV sangat menakutkan, bahkan pelayanan rumah sakit di beberapa daerah terhadap penderita AIDS/HIV sangat diskriminatif.
AIDS/HIV sama dengan penyakit lain yang susah disembuhkan. Namun karena stigma yang terlalu dalam pada masyarakat tentang penyakit ini, sebagai warga negara seharusnya mendapatkan perlakuan yang sama dalam hal penanganan penyakit, namun pada kenyataannya tidak sama.
“Oleh sebab itu sosialisasi edukasi tentang masalah penyakit ini adalah perjuangan kita bersama” katanya.
IAKMI mendapat amanah dari Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) untuk menjadi koordinator nasional peringatan Hari AIDS Sedunia (HAS) 1 Desember 2009. Berbagai kegiatan peringatan HAS 2009 dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat sepanjang bulan Nopember dan Desember 2009 yang bertema nasional : Akses Universal dan Hak Asasi Manusia. (sc)